Tragedi Cinta Sejati (dalam film Gadis Kretek)

Sudah bulan November yang lalu saya nonton serial yang ditayangkan di Netflix ini. Tapi keterpesonaan saya dengan akting Dian Sastro dan plot cerita yang membuat penasaran dan geregetan akan sayang bila terlewatkan tanpa saya tuliskan di blog ini. Film yang bertabur bintang ini diadaptasi dari novel fiksi sejarah karya Ratih Kumala ini mampu membuat air mata saya mengalir deras, tidak kalah derasnya dengan ketika menonton drama-drama Korea yang menguras air mata.

Gambar-gambar diambil dari akun Instagram Netflixid.

Namun tulisan ini bukan suatu resensi atas film ini, melainkan sebuah catatan saja tentang kisah cinta antara Jeng Yah (panggilan untuk Dasiyah) yang diperankan oleh Dian Sastro dan Soeraja (Raya) yang diperankan oleh Aryo Bayu. Buat yang sudah menonton film ini pasti tahu bahwa Soeraja, di usia tuanya, ketika sedang sakit parah dihantui bayang-bayang masa lalunya yaitu tentang kisah cintanya yang belum usai dengan Jeng Yah. Setelah mengigau tentang Jeng Yah, dia menyuruh salah satu anaknya untuk mencari keberadaan Jeng Yah (yang mungkin diyakininya masih hidup). Dari pencarian itu akhirnya terkuaklah misteri-misteri masa lalu Soeraja dan Jeng Yah.

Di latar lain, Jeng Yah, yang digambarkan sebagai tokoh perempuan dengan cita-cita besar yang terkungkung dalam budaya yang mendiskriminasi perempuan kala itu, adalah sosok perempuan introvert yang tidak mudah jatuh cinta. Ketika bertemu dengan Soeraja dan ketika mereka saling mengenal, terlebih ternyata Soeraja sangat mengerti cita-cita Jeng Yah yang mempunyai mimpi menciptakan kretek terbaik dengan saus (rasa/flavour) racikannya sendiri, Jeng Yah pun jatuh cinta padanya. Hal tersebut membuat keluarganya geger karena sebenarnya keluarganya telah menjodohkannya dengan seorang pria anak dari rekan bisnis bapaknya yang Jeng Yah tidak cinta. Selain itu Soeraja adalah mandor di pabrik kretek Bapaknya, yang menurut status sosial waktu itu adalah tidak pantas anak majikan mencintai orang yang dipekerjakan ayahnya.

Jeng Yah dan Soeraja sangat saling mencinta hingga hari perkawinan pun segera mereka rencanakan. Tetapi apa dinyana, latar waktu di tahun 1960-an, sejarah kala itu adalah ketika di Indonesia sedang marak dengan adanya partai Merah (partai terlarang), sebut saja PKI. Rencana pernikahan mereka menjadi porak poranda ketika Bapak Jeng Yah mati tertembak karena konon namanya masuk dalam daftar orang yang diburu karena dicurigai sebagai anggota partai. Sementara itu Jeng Yah – yang ternyata namanya juga masuk dalam daftar karena dalam cerita Soeraja berhubungan dengan salah satu anggota Partai Merah yang memproduksi kretek merah – dibawa ke penjara. Soeraja berhasil selamat meskipun kakinya sudah terkena tembakan karena dia disuruh Dasiyah melarikan diri. Dari sinilah kisah cinta yang tragis antara dua insan ini mulai meremas-remas emosi penonton.

Ketika Jeng Yah berada di penjara, Soaraja menjadi galau, linglung, dan tidak tahu apa yang harus dia lakukan kecuali berjanji pada dirinya sendiri untuk menyelamatkan Jeng Yah suatu saat, bagaimanapun caranya. Takdir dalam cerita berkata lain. Cerita membawa Soeraja masuk dalam kehidupan keluarga Pak Jagad, pengusaha kretek besar yang adalah pesaing dari Pak Idroes (bapak Jeng Yah). Singkat cerita, Soeraja akhirnya menerima tawaran Pak Jagad untuk bekerja di pabrik kreteknya dengan syarat bahwa Pak Jagad berjanji menjaga keselamatan Jeng Yah dan kelak akan mempertemukan Soeraja dengan Jeng Yah bila Soeraja berhasil membesarkan bisnis kreteknya. Pak Jagad mempunyai hubungan dengan beberapa jenderal.

Bisnis kretek Pak Jagad pun menjadi kian maju, tetapi Pak Jagad tidak juga memenuhi janjinya. Dan yang membuat penonton (saya) geregetan adalah ketika Soeraja akhirnya menikah dengan Purwanti putri Pak Jagad tetap dengan alasan untuk bisa mencari akses jalan menemukan Dasiyah. Purwanti yang diperankan oleh Tissa Biani, adalah teman baik Jeng Yah dan adiknya Rukayah.

Menjelang hari pernikahan Soeraja, Jeng Yah dibebaskan dari penjara. Di sini hadir tokoh Senoaji (diperankan oleh Ibnu Jamil), sosok pria yang mencintai Jeng Yah. Karena Senoaji adalah seorang tentara, maka dia tahu ada pembebasan tahanan dan Senoaji yakin bahwa Dasiyah akan pulang. Dan benarlah, Jeng Yah pulang ke rumahnya dalam keadaan lemah dan pingsan, Senoaji menolongnya. Meskipun cintanya selalu ditolak oleh Dasiyah, dalam cerita Senoaji ditokohkan sebagai pria yang tetap setia dan tulus dalam penantiannya.

Mendengar kabar bahwa Soeraja akan menikah dengan sahabat baiknya Purwanti, Jeng Yah menjadi shock dan depresi. Di hari pernikahan Soeraja, dia mendatangi rumah Pak Jagad. Sesampai di sana, Dasiyah langsung masuk ke dalam kamar Soeraja. Betapa semakin sakit hatinya ketika dia mencoba rokok yang ada di atas meja dan merasakan rokok dengan rasa saus yang diraciknya itu ternyata sudah dijiplak oleh orang yang selama ini sangat dia cintai. Kemudian Soeraja masuk kamar dan betapa terkejut dia mendapati Jeng Yah berada di sana sedang merokok. Tanpa berkata apa-apa, Jeng Yah dengan marah melemparkan sebuah vas bunga ke arah Soeraja dan langsung beranjak meninggalkan kamar. Jeng Yah sempat mengatakan kepada Soeraja bahwa kalau dia benar-benar mencintainya, Jeng Yah mengajaknya untuk meninggalkan semuanya dan memulai hidup baru bersama. Namun Soeraja ternyata ragu karena merasa masih banyak hal yang harus diselesaikan dengan Pak Jagad. Maka meskipun cintanya masih pada Dasiyah, Soeraja pun dengan berat hati menikah dengan Purwanti. Dalam adegan ini, derita Jeng Yah begitu nyata, derita karena ketika keluar dari penjara berharap akan bertemu kembali dengan calon suaminya, tetapi ketika bertemu, ternyata calon suaminya malah bersanding dengan sahabatnya sendiri. Dan yang membuat dia trauma adalah ternyata Soeraja telah mencuri resep ramuan saus kreteknya.

Dalam keterpurukannya itu, Dasiyah menemui Senoaji dan menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Senoaji. Senoaji yang memang sejak awal sangat mencintai Dasiyah pun jatuh kasih dan menaruh harapan lebih besar agar Dasiyah bersedia menerimanya. Tetapi Dasiyah belum bisa melupakan Soeraja. Butuh waktu lama bagi Dasiyah untuk bisa menerima cinta baru.

Setelah melewati beberapa masa dan kejadian, akhirnya Dasiyah pun menerima pinangan Senoaji dan pelan-pelan mulai bisa melupakan Soeraja. Lagi-lagi takdir berkata lain. Kehidupan pernikahan Dasiyah dan Senoaji begitu singkat. Tidak lama setelah mereka menikah, Senoaji ditugaskan ke Irian dan gugur dalam menjalankan tugasnya itu. Kembali Dasiyah diterpa depresi yang mendalam dan menghabiskan hari-harinya dengan mengurung diri di dalam ruang kerjanya. Ketika itu dia sedang mengandung anak dari Senoaji.

Singkat cerita, latar waktu dibawa ke tahun 1970-an. ketika itu Soeraja sudah mempunyai tiga orang anak yang masih kecil-kecil. Usaha rokok kreteknya yang telah berhasil menembus Jakarta membuat Soeraja harus memboyong keluarganya untuk pindah ke ibukota. Dalam perjalanan ke Jakarta, ketika kereta singgah sebentar di kota M (kota tempat Dasiyah tinggal) untuk menurunkan penumpang, dengan tidak sengaja Soeraja menangkap bayangan seorang perempuan yang sedang berjalan di luar kereta yang diyakinya itu adalah Dasiyah. Soeraja pun bergegas keluar dari kereta. Dan ternyata benar perempuan itu adalah Jeng Yah. Soeraja berusaha menjelaskan semuanya, tetapi nampaknya Jeng Yah yang sudah terlanjur sakit hati dan kecewa pada Soeraja dengan marah menampar Soeraja. Soeraja pun mendorong Dasiyah untuk masuk ke dalam sebuah ruangan dan menjelaskan pada Dasiyah bahwa sebenarnya Pak Jagad adalah biang kerok dari semuanya. Pak Jagad lah yang telah memasukkan nama bapaknya ke dalam daftar orang pencarian karena iri dengan kesuksesan bisnis Pak Idroes. Soeraja merasa dijebak oleh akal licik Pak Jagad. Semua cerita itu sebenarnya sudah dia tulis di sebuah surat dan dia titipkan pada Senoaji untuk disampaikan kepada Jeng Yah, namun hingga saat itu Jeng Yah belum membacanya.

Setelah menjelaskan semuanya, Jeng Yah mulai melunak dan dua insan ini pun saling melepas kerinduan. Soeraja mengajak Dasiyah untuk memulai semua dari awal lagi dan meminta Dasiyah untuk menemuinya di stasiun yang sama minggu depan. Kedua insan itu pun berjanji akan bertemu di stasiun yang sama untuk memulai hidup baru.

Hari yang ditunggu pun tiba. Soeraja sudah berada di stasiun tempat dia bertemu Dasiyah seminggu sebelumnya. Namun Dasiyah tak kunjung nampak batang hidungnya. Takdir dalam cerita mengatakan bahwa Rukayah, adik Jeng Yah tidak setuju bila kakaknya akan menikah dengan Soeraja karena Dasiyah sudah mempunyai anak dari Senoaji dan Soeraja juga sudah mempunyai tiga anak dari Purwanti. Dan belum sampai hari pertemuan dengan Soeraja, Dasiyah yang memang sudah sakit-sakitan sekeluar dari penjara, meninggal dunia sebelum bertemu kembali dengan Soeraja.

Di samping cerita-cerita tentang budaya dan sejarah, film ini juga mengisahkan cinta sejati yang tragis. Tragis karena kejadian-kejadian yang memilukan mewarnai cinta mereka, kemudian ada kesalahpahaman yang sekian lama memisahkan mereka, latar belakang sejarah partai terlarang merenggut harapan mereka, dan ambisi dan persaingan dalam dunia kerja juga telah mengelabui kesejatian sebuah cinta.

Sebagai penonton yang begitu simpati pada tokoh Jeng Yah, saya merasa gemas dengan penokohan Soeraja dan juga beberapa bagian dari plot ceritanya. Pertama, mengapa Soeraja bisa-bisanya menikah ketika Dasiyah sedang dalam penjara dan menikah dengan sahabat Dasiyah pula! Bayangkan, Dasiyah dalam penjara menderita dan tetap memelihara harapan dan cintanya, ternyata setelah keluar hanya menyaksikan sebuah pengkhianatan. Bagi Soeraja mungkin itu bukan pengkhianatan, melainkan keinginan untuk tetap bisa menyelamatkan Dasiyah dengan selubung ambisi bisnis kretek yang mempunyai masa depan. Soeraja memang telah masuk dalam jeratan akal licik Pak Jagad yang membuatnya tak berdaya dan tak ada pilihan lain kecuali bersedia menikahi putri Pak Jagad.

Dan yang kedua, ketika Dasiyah tidak kunjung datang ke stasiun. Apa yang membuat Soeraja tidak berpikir untuk beranjak mencari Dasiyah padahal dia sedang berada di kota M tempat Dasiyah tinggal. Meskipun ketika sampai di rumah Dasiyah dia tidak bertemu dengan Dasiyah karena Dasiyah sudah meninggal. Dengan datang mencari itu menunjukkan bahwa Soaraja juga total dalam memperjuangkan cintanya. Dan kalau dia lakukan itu, maka tidak adalah itu rasa bersalah yang menghantuinya hingga tua. Kalau ini terjadi, beda dong jalan ceritanya..he.he.

Dasiyah meninggal dengan membawa cinta sejatinya bersamanya, Soeraja. Kejadian inilah yang akhirnya menghantui Soeraja ketika sedang sakit parah di usia tuanya karena dia merasa ada urusan di dunia yang belum sempat dia selesaikan, janjinya dengan Jeng Yah. Hal ini makin jelas ketika anaknya Lebas berhasil menemukan jejak-jejak Dasiyah, Soeraja minta diantar untuk ziarah ke makamnya. Tidak lama setelah itu Soeraja pun meninggal dengan tenang.

Cinta sejati itu memang ada dan akan membuka jalannya untuk saling menemukan. Dalam kisah Jeng Yah dan Soeraja, cinta sejati tidak harus akhirnya hidup bersama. Meskipun waktu memisahkan sekian lama, cinta sejati tetap muncul dalam bentuk-bentuknya yang unik. Buat saya tokoh Jeng Yah adalah sosok perempuan yang setia dalam janji dan cintanya. Kekecewaan, pengkhianatan, dan kesedihan dilewatinya dalam diam dan keteguhannya. Sementara Soeraja adalah sosok laki-laki yang penuh ambisi, ambisi yang telah membuatnya terkelabui, meskipun belakangan Soeraja menyadari kalau sebenarnya dia telah terjerat dalam jebakan jahat mertuanya. Tetapi ketika semuanya sudah terlambat. Cinta sejatinya pada Dasiyah pun terus bergaung dan dalam diamnya dia merasa terus bersalah pada Dasiyah hingga di akhir hidupnya rasa bersalah itu terus berwujud dalam igauannya.

Cinta sejati Senoaji pada Jeng Yah juga luar biasa. Meskipun ditolak berulang kali, Senoaji tetap gigih dan baik hati pada Jeng Yah. Kebaikan hati Senoaji ini lah yang akhirnya bisa meluluhkan hati Jeng Yah. Sedihnya, Senoaji meninggal dengan membawa cinta sejatinya pada Jeng Yah. Duh…mewek melihatnya.

Demikian catatan dari film yang keren ini.